Laman

Sabtu, 11 September 2010

Banjir..................!?!?!?!?

Sudah waktunya untuk pulang kerumah. Aji, Ikal, dan Andri keluar dari ruang kelasnya dengan wajah yang berseri-seri. Hujan mengguyur desa mereka sejak tadi malam sudah mulai reda. Di dalam pikiran ketiga anak kelas 5 SD itu, terlintas rencana yang sam, rencana indah setelah hujan.
Diwaktu hujan reda begini, merka suka skali saat-saat ini, bukankah menyenangkan bermnain sepak bola ditengah genangan air atau berenang kesana kemari ditemani batangan pohon pisang tanpa harus jauh-jauh pergi kesungi, ke danau, atau ke panatai?.
Bagi mereka senang sekali tanah lapang didekat rumah Aji kebanjiran. Yah, paling juga banyaknya kotoran kambing berenang-renang ketepian yang sempat membuat mereka jijik, maklumlah ini di Desa.
Tapi, itulah enaknya musim hujan................
"Cihuiiiiiiiiiiiiiiiii!!!" Aji bersorak ketika melihat tanah lapang didekat rumahnya benar-benar kebanjiran. Tanah yang biasanya terlihat padang rumputitu kini telah berubah menjadi lautan susu coklat.
Byurrr... tidak peduli airnya kotor aji dan teman-temannya tetap terlihat bahagia, sorak-sorai bergembira keluar dari mulut anak-anak itu.....
Tapi tanpa mereka sadari, orang tua mereka sudah berdiri di pinggiran lapangan dengan raut muka menyabalkan. Dan baru mereka sadari ketika kuping mereka oleh ibu mereka. "Aduh sakit......." Aji meringis.
Hari ini benar-benar panas! sudah tiga hari ini hujan tak pernah mengguyur desa mereka. setiap pulang sekolah pasti terasa lelah. Apalagi Aji yang badannya gemuk.
"Ya Allah, berikanlah hujan lagi. Biar Aji bisa semangat pulang sekolah, biar kami bisa main hujan-hujanan lagi." begitulah doa Aji ketika setiap kali kepanasan dan diamini oleh Ikal dan Andri.
Horeeeee! akhirnya doa Aji dan teman-temannya dikabuli oleh sang maha pencipta. Hujan kembali mengguyur desa mereka dan lap[angan sepak bola kembali banjir seperti biasanya. Tapi ternyata hujan tidak berlangsung hanya sehari tapi berlangsung berhari-hari.
Tiba-tiba sungai ciliwung yang berada di samping rumah meluap melewati batas permukaan jembatan dan bergabung bersama genangan air dilapangan.
Aji terdiam lesu. Ia tak menyangka rumahnya akan kebanjiran setinggi itu. Jangan-jangan itu gara-gara doanya meminta hujan waktu itu!?
Banjir yang biasanya selutut kini mencapai leher Aji. Keluarga Aji, Ikal, Andri dan keluarga lainnya harus mengungsi kedesa tetangga yang tidak terkena banjir.
"Ternyata hujan itu jahat ya, Bu? kalau begitu Aji tidak akan minta hujan lagi ah!" katanya kecewa pada ibunya.
" Eit, jangan bilang begitu. Hujan itu adalah pemberian Allah yang paling berharaga. Dengan hujan, sawah bapak bisa diari. Coba tidak ada hujan pasti sawah bapak kekurangan air, nanti kita tak punya beras, dan ngggak bisa makan dong...." jawab ibu bijak.
"Tapi kan hujan ini membuat rumah kita kebanjiran, Bu?" Ibu hanya tersenyum mendengar perkataan anak satu-satunya ini.
"Sayangku, terkadang justru yang salah itu kita. Sebab, kita sering membuang sampah sembarangan disungai, sehingga aliran sungainya tidak lancar dan banjirpun terjadi atau mungin karena kita malas membuat saluran-saluran air dan parit-parit untuk menghindari banjir. Kan, Allah tidak akan memberi cobaan melebihi kemampuan hambanya..." tutur Ibu manjelaskan dengan penuh kasih sayang.
"Allah marah sama kita ya, Bu??"
"Yang penting kalau kita selalu menjaga kebersihan lingkungan, Allah tidak akan marah Insya Allah. Terus Aji boleh saja berdoa minta hujan sama Allah asalkan tujuannya benar-benar bermanfaat. Misalnya, agar sawah bapak punya air yang cukup atau kalau desa kita sedang kekurangan.
Aji tertunduk malu. Apalagi waktu ia ingat sering membuang sampah disungai, padahal ibu sering mengingatkannya supaya membuang sampah pada tempatnya.
"Ah, ternyata banjir itu tidak enak dan tidak menyenangkan ya.......???" gumam Aji dalam hati.
"Kalau begitu mari kita berdoa agar banjirnya besok surut!" ajak Ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar